Jakarta (ANTARA News) - Produksi teh Indonesia siap menghadapi Perjanjian Perdagangan Bebas China-ASEAN (CAFTA) karena mempunyai keunggulan dibanding produk China, kata pengamat komoditi teh yang juga anggota pengurus Dewan Teh Indonesia, Andrew T Supit.
"Produk teh Indonesia menurut, masih unggul dibandingkan China. Keunggulan ini seharusnya menjadi modal bagi Indonesia dalam persaingan di pasar Asean dan China," katanya di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, tingkat produksi teh Indonesia tahun 2009 mencapai 120.000 ton per tahun atau memenuhi sekitar 5,8 persen kebutuhan dunia dengan luas kebun 148.000 hektar. Dari data ATI (Asosiasi Teh Indonesia), teh menyumbangkan devisa 110 juta dollar per tahun.
"Tingkat konsumsi teh dunia yang semakin meningkat merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh negara-negara produsen seperti Indonesia," katanya.
Ia mengatakan, konsumesi teh dunia pada tahun 2007 sebesar 3,4 juta ton yang terdiri dari teh hitam, teh hijau dan teh Polong (teh semi fermentasi). Dari jumlah sebesar itu, 69 persen adalah teh hitam. Indonesia sendiri termasuk pengekspor teh hitam terbesar.
"Ini menandakan di luar kawasan perdagangan yang sudah terikat dalam kawasan China-Asean, Indonesia adalah pemain yang diperhitungkan," imbuhnya. Indonesia sendiri menduduki peringkat 6 besar dunia produsen teh setelah Vietnam, India, China, Sri Lanka dan Kenya.
Menurut Andrew, untuk melindungi pertumbuhan industri teh yang sudah ada, pemerintah sendiri masih menggunakan kebijakan tentang ketentuan penetapan harga pembelian pucuk teh produksi petani dalam Keputusan Menteri Kehutanan No 629 Tahun 1998.
"Keputusan tersebut harus lebih mempertimbangkan pertumbuhan industri hulu dan hilir. Hal ini untuk menjamin perolehan harga yang wajar dari pucuk teh produksi petani dan mencegah
sumber : Antara News
aloww . .
salam kenal . .
folow dulu ah . .
maen maen ke blog buy ea