Citra diri dalam secangkir teh

Jumat, 20 Agustus 2010

Teh bukan lagi sekadar minuman pelepas dahaga, apalagi pelengkap sesudah makan. Minuman yang dulu dianggap ”zadul” ini kini dikemas dengan citra yang lebih modern. Ada kenikmatan gaya hidup di dalamnya.

Rabu (14/7) lalu, salah satu gerai Coffee Bean & Tea Leaf yang berada di sebuah mal di Jakarta sibuk melayani pengunjung. Sore itu hampir semua tempat duduk penuh. Mereka yang datang rata-rata tidak sendirian. Selalu ada teman untuk mengobrol sambil menyeruput minuman.

Meski lebih lebih banyak menyediakan kopi, Coffee Bean & Tea Leaf menjadi salah satu tempat tujuan bagi penikmat teh di Jakarta. ”Tempatnya mudah dijangkau karena banyak buka gerai di mal,” kata Winneke (45), penikmat teh yang juga hobi mengoleksi berbagai macam jenis teh.

Di gerai ini, teh ditawarkan dalam bentuk modern. Bukan hanya dari segi kemasan, tetapi juga cita rasa. Dengan memajang teh dalam kemasan kaleng berwarna-warni, ada sekitar 17 cita rasa teh yang ditawarkan, seperti tropical passion tea yang segar dan beraroma bunga mawar, moroccan mint yang agak pahit dan sejuk di lidah, hingga chai tea yang rasanya seperti rempah- rempah.

Di Jakarta dan sekitarnya, ”kedai” teh yang mengusung konsep modern terus bermunculan. Meski bukan barang baru yang menarik, kedai-kedai teh modern ini berlomba-lomba mengemas teh yang dijualnya agar terlihat sebagai minuman berkelas.

Berkelas

Dengan konsep ”minum teh di rumah”, Tea Addict memajang berbagai jenis daun teh di dalam stoples besar. Setiap jenis daun teh diberi label bermacam-macam, mulai dari oolong, white tea, green tea, hingga english breakfast.

Pengunjung yang datang ke rumah teh di Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan, itu bisa menikmati teh sambil belajar membedakan berbagai jenis daun teh. Di sini, pengunjung minum teh sambil leyeh-leyeh di sofa empuk.

”Semua bahan baku teh didatangkan dari Ciwidey, Bandung,” kata Nanda Tessa Monica dari Tea Addict.

Daun teh boleh lokal. Namun, dengan mencampur berbagai bahan tertentu, ada sekitar 50 cita rasa teh yang disajikan di sini, seperti english breakfast dan earl grey yang banyak dikenal orang, hingga cita rasa khas Tea Addict, seperti earl of the orient atau pure nirvana yang merupakan campuran white tea dan oolong.

Meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat di kota besar menjadi peluang untuk mengemas teh sebagai minuman yang menyehatkan. Hal ini dilakukan Suwarni Widjaja (59) dengan membuka kedai teh Siang Ming Tea di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara. Siang Ming Tea, yang dibuka sejak tahun 1995, lebih banyak menjual berbagai jenis teh China, seperti green tea long chin, tung ting oolong, dan phu erl.

Suwarni yang hafal betul khasiat masing-masing jenis teh ini sering menjadi tempat konsultasi bagi pelanggannya. ”Pelanggan datang dengan berbagai macam keluhan. Lalu, saya menyediakan teh yang sesuai dengan mereka,” tutur Suwarni.

Modernisasi teh menjadi gaya hidup, menurut Pande Made Kutanegara, antropolog dari Universitas Gadjah Mada, merupakan bentuk revitalisasi budaya. Dalam hal ini adalah tradisi minum teh. ”Ketika tingkat hidup masyarakat semakin sejahtera, mereka selalu mencari cara untuk mengangkat tradisi dalam kehidupan modern,” kata Pande.

Ia menambahkan, revitalisasi ini bisa diterima masyarakat karena Indonesia memiliki sejarah panjang tentang teh. Sebagai salah satu negara penghasil teh terbesar di dunia, tradisi minum teh di Indonesia sudah dikenal sejak abad ke-17.

Teh dengan sejarah panjang di belakangnya ini memunculkan komunitas di dunia maya. Salah satu komunitas yang aktif adalah komunitas pencinta teh yang terbentuk tahun 2007. Anggotanya adalah para penikmat dan pencinta teh yang aktif berbagi informasi atau berdiskusi tentang teh.

Bambang Laresolo (45), salah satu anggota komunitas ini, sampai memiliki kedai teh sendiri di Jalan Taman Kencana, Bogor. Ia bercita-cita mengumpulkan berbagai jenis teh di dunia.

Toh, jauh sebelum ada gaya hidup ngeteh ala kota besar, tradisi minum teh di ruang publik ini sudah lebih seabad lalu dilakukan masyarakat Tegal, kota di pesisir utara Jawa Tengah. Di Tegal, ada istilah ”moci” yang artinya minum teh bersama- sama.

Kalau sudah menyebut kata ”moci”, itu berarti teh yang disajikan hari itu harus diseduh dalam poci gerabah. Sebagai pemanis teh yang rasanya sepet itu, disediakan gula batu. Kebiasaan ”moci” ini bisa ditemukan di penjuru kota Tegal.

Kegiatan minum teh bersama- sama ini, baik di kafe modern maupun di warung makan, kata Pande, bisa menjadi perekat sosial masyarakat yang sekarang ini mulai pudar. Ketika sedang ngeteh inilah, pengunjung merasakan suasana santai. ”Pada saat itu, masalah apa pun bisa dibicarakan dengan kepala dingin,” tuturnya.

Dengan teh, manusia dari segala lapisan bisa menjalin persahabatan sekaligus menikmati gaya hidup modern dari kelas lesehan sampai mal.

Sumber : kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar